30HBC19 Hari ke-5 : Maaf, Masih Rahasia
Hari ke-5 : Maaf, Masih Rahasia
(Sabtu, 5 Januari 2019)
Ini adalah hari aktif terakhir sebelum weekend perdana di tahun 2019. Siang hari usai Shalat Dzuhur, aku berencana untuk makan siang terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas di depan laptop. Karena jatah makan di kantor juga telah disediakan.
Belum sempat makan, tiba-tiba muncul pesan WhatsApp kepadaku dari salah satu pengurus Yayasan Al Hikmah Boyolali agar menghadiri meeting di rumah depan MIN Kebonan.
Mendapat pesan ini aku mencancel makan siangku dan berangkat ke tempat meeting. Karena jaraknya dekat bagiku, aku berangkat dengan berjalan kaki.
Setibanya di ruang meeting, aku langsung duduk di samping Direktur Pendidikan. Tak lama setelah duduk, aku diberi snack ringan dan minuman teh. Alhamdulillah, lumayan untuk mengisi perut yang tadi belum sempat makan.
Siang itu, ternyata sedang diadakan rapat dengan Unit SDIT dan TKIT membahas anggaran dan persiapan PPDB.
Kedatanganku ke rapat ini, adalah diminta untuk mempersiapkan desain baliho seperti desain yang pernah ku buat saat memberi ucapan selamat kepada SDIT Mutiara Karanggede yang meraih akreditasi A tahun 2018 kemarin.
Menit demi menit berlalu, tak sampai 1 jam semenjak kedatanganku akhirnya rapat selesai.
Setelah rapat selesai, pertemuan yang tadinya membahas anggaran berubah menjadi obrolan ringan. Salah satu obrolan yang muncul adalah pertanyaan tentang pernikahan.
"Mau nikah kapan?", "Udah 2019 lho!", "Maunya sama siapa?", begitulah kurang lebih pertanyaan yang ditujukan kepadaku dari Direktur Pendidikan dan Direktur Keuangan. Wajar aku ditanya demikian karena masih single.
Memang, tidak sedikit yang menginginkan agar aku segera menikah karena diriku dinilai sudah cukup umur. Baik dari keluarga maupun kerabat.
"Mau nikah kapan?", "Udah 2019 lho!"
"Mohon doa restunya ya. Saya akan menikah di waktu yang tepat, insya Allah," itulah jawaban bijakku jika ditanya demikian.
Bukan karena tidak ingin menyegerakan, melainkan ketika aku menikah, khususnya saat mengkhitbah, aku ingin memastikan keadaan iman dan ruhiyahku dalam kondisi baik. Agar segala keputusan yang ku ambil, juga keputusan dan pilihan terbaik.
Karena bagiku, jika mengkhitbah ketika iman dan ruhiyah sedang dalam kondisi yang tidak baik, itu namanya bukan menyegerakan, tapi condong terburu-buru menuruti hawa nafsu. Dikatakan bersegera, jika segalanya sudah siap dan dalam kondisi yang baik. Baik lahir maupun batin. Khususnya iman dan ruhiyah. Lalu langsung khitbah tanpa pacaran.
Terus, gimana kalau "keserobot" orang lain? Percaya sama Allah, bahwa jodoh tak akan tertukar. Menikah bukan ajang balapan. Kalau balapan, yang start duluan belum tentu finish duluan. Karena masih banyak tikungan. Yang finish duluan pun juga belum tentu juara dunia. Karena masih banyak seri-seri yang lain.
Menikah bukan ajang balap-balapan untuk meraih banyak gelar. Menikah adalah ibadah, ibadah seumur hidup. Ingat, seumur hidup. Ibadah seumur hidup yang bertujuan untuk meraih keberkahan dan ridho-Nya. Baik di dunia maupun akhirat.
"Maunya sama siapa?"
Hmmm... Kalau untuk pertanyaan itu, maaf, masih rahasia jawabannya.
Ketika ditanya pertanyaan tersebut aku memilih diam seribu bahasa. Hanya senyum dan muka polos yang ku tunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Khusus untuk pertanyaan mau sama siapa aku menikah, aku sangat menutup rapat dan merahasiakan jawabannya sampai waktu yang tepat untuk memberitahu tiba.
Jika pun aku memberitahu, hanya kepada orang khusus dan aku pun meminta agar beliau tidak membocorkan kepada orang lain sebelum waktu kesepakatan akad terjadi, sekalipun itu hanya untuk obrolan maupun candaan ringan.
Selama akad belum terjadi, selama itu pula belum bisa dikatakan sebagai pasangan suami istri, statusnya belum sah. Walaupun keduanya sudah sepakat untuk menikah. Karena patokan pasangan yang sah, adalah setelah akad benar-benar diucapkan.
Itulah alasan kenapa aku ingin nama "dia" benar-benar dirahasiakan sebelum kesepakatan akad terjadi. Aku tidak ingin timbul obrolan maupun pembicaraan yang justru menjadi godaan dan mengurangi keberkahan menuju pernikahan. Aku ingin menghormatinya.
Tentang siapa jodohku, aku selalu memohon kepada-Nya, agar aku menjadi orang baik terlebih dahulu. Agar segala yang ku dapatkan, juga yang baik pula.
Allah berfirman, "Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." (QS. An Nur : 26).
Sebagai penutup cerita ini, aku berterimakasih kepada semuanya yang telah memberikan perhatian untuk kehidupan masa depan ku ini. Dan aku juga berterimakasih kepada beliau-beliau atas fasilitas yang diberikan kepadaku selama rapat berlangsung.
Alhamdulillahirobbil 'aalamiin.
See you next story... 😉
(Bersambung)
By : Aji Kurniawan AP
0 comments: