30HBC19 Hari ke-4 : Rizki Santriwati ke Tanah Suci
Hari ke-4 : Rizki Santriwati ke Tanah Suci
(Jumat, 4 Januari 2019)
Ada yang spesial di Jumat pekan pertama tahun 2019 ini. Ya, di hari yang penuh barokah ini, digelar Tabligh Akbar bersama KH. Ust. Duri Ashari di Masjid Baitul Maghfur Karanggede, Boyolali, Jawa Tengah.
Tabligh Akbar dalam rangka Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ini dimulai bada Shalat Isya'. Antusiasme jamaah untuk menghadiri acara ini sangat tinggi. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya jamaah yang membludak hingga ke badan jalan raya.
Saking ramainya, jalan raya yang tadinya untuk jalur kendaraan, berubah menjadi tempat nobar alias nonton bareng kajian Tabligh Akbar. Dan ini kenyataan.
Sejumlah layar proyektor dan TV LED dipasang agar jamaah yang tidak kebagian kursi, bisa menontonnya dari luar. Serta, terdapat petugas gabungan dari berbagai elemen masyarakat yang turut mengamankan dan mengatur jalannya kajian, khususnya di area jalan raya.
Baru pertama kali aku mendapati Masjid Baitul Maghfur Karanggede seramai ini. Jika jalan raya saja berubah jadi tempat nobar kajian, apalagi yang di dalam masjid? Tentu sudah penuh.
Acara Tabligh Akbar ini di awali dengan pertunjukkan seni, sambutan dari pengurus masjid dan panitia, serta tilawah. Baru setelah itu, KH. Ustadz Duri Ashari menyampaikan materi kajiannya.
Dari sekitar 2,5 jam durasi kajian beliau, salah satu poin penting dari kajian ini adalah, jika kita mengaku mencintai Rasul, maka kita harus senang atau menyukai diri Rasul terlebih dahulu, meski di dunia tidak pernah bertemu Rasul. Seperti sifat-sifat beliau dan lain sebagainya. Baru setelah itu, kita menyukai apa yang Rasul bawa dan sampaikan. Tentang Islam dengan segala tuntunannya.
Memang hal ini sangat logis. Ibarat manusia ingin mencintai seseorang, tentu langkah awal yang dilakukan adalah menyukai sifat orang tersebut. Baru setelah suka dengan sifatnya, secara otomatis apa yang ia lakukan, apa yang ia berikan, juga akan disukai. Betul?
Bagi kalangan anak muda tentu hal ini masuk akal. Karena buat apa punya wajah tampan jika sifatnya tak sopan? Buat apa pula, punya wajah cantik jika hatinya tak "secantik" wajahnya? Iya kan?
Menurut ilmu bahasa, senang itu bahasa masyarakat, kalau cinta bahasa anak muda, kalau mahabbah bahasa agama. Ketiganya beda pengucapan, tapi maknanya sama.
Setelah 2,5 jam berlalu, rangkaian Tabligh Akbar akhirnya sampai di akhir acara. Ada satu sesi yang juga sangat dinanti di penghujung acara ini, yakni pengumuman hadiah umrah gratis. Dan pemenangnya jatuh kepada seorang santriwati.
Mendapat hadiah umrah gratis ini, ia langsung sujud syukur di atas panggung dan terharu. Dijadwalkan, ia akan berangkat ke Tanah Suci pada Oktober 2019 mendatang. Barakallah. Semoga maqbullah.
And finally, setelah pengumuman hadiah umrah, Tabligh Akbar pun selesai. Dan pukul 00.15 WIB dini hari, aku kembali tiba di pesantren setelah sekitar 3 jam berada Masjid Baitul Maghfur.
Alhamdulillah. Semoga apa yang dijalani pada Hari Jumat ini Allah beri keberkahan. Juga keberkahan untuk hari-hari selanjutnya. Aamiin...
See you next story... 😉
(Bersambung)
By : Aji Kurniawan AP
0 comments: