Ternyata Diriku Masih Pemalu


Sebuah cerita nyata, suatu hari di moment yang sangat spesial. Aku baru menyadari bahwa ternyata diriku masih pemalu. Ketika seorang lelaki berusia 24 tahun yang hampir sewindu merantau di kota dengan segala dinamikanya, ternyata masih pemalu berada di kawasan para perempuan berhijab untuk memenuhi sebuah kebutuhan.

Alangkah pemalunya diri ini, ketika pertama kali diriku sungkan memenuhi kebutuhan perut alias makan pagi hari itu. Ketika mau tidak mau harus datang ke tengah kawasan muslimah. Saking malunya, diriku harus mengajak seorang guru laki-laki untuk menemani.

Tak sampai disitu. Setelah selesai makan, aku pun malu untuk mendekat ke tempat cuci saat mendapati ada seorang muslimah sedang mencuci piring ketika di saat yang sama diriku juga hendak mencuci piring sendirian lantaran makanku paling akhir.

Saking malunya, aku pura-pura balik badan dan mengobrol tentang agenda qurban dengan guru yang ku ajak tadi sembari menunggu perempuan muslimah tersebut selesai mencuci piring.

Iya, ini benar-benar pura-pura. Serius! Tujuanku berbalik badan dan mengobrol tadi sebenarnya hanyalah “alasan” untuk menunggu si perempuan selesai mencuci piring yang sepertinya butuh waktu yang tidak sebentar. Sampai sebegitunya.

Jika diriku tak mengajak seorang guru laki-laki tadi, entah apa yang akan ku lakukan. Mencuci bareng? Bisa-bisa muncul pihak ketiga “tak kasat mata”. Menyuruh segera mempercepat? Terkesan tak sabar. Mati kutu atau berdiam di tempat menunggu seorang diri, adalah kemungkinan terbesar yang akan terjadi jika sendirian.

Ternyata diriku masih pemalu. Ini adalah pengalaman pertama dalam hidup. Semoga saja, pengalaman berikutnya akan membuat diriku terbiasa dan bersyukur. Tentu dengan adab dan kesantunan yang tetap menjadi nomor satu. (AK24)

Boyolali, 1 September 2017

0 comments: