Sebuah Cerita, Baru Pertama Ini, Saya Menolong Akhwat Jatuh Dari Motor


Ada pengalaman menarik bagi saya di “awal tahun” ini. Pertengahan Muharram 1436 H tepatnya, saya mengalami peristiwa yang baru pertama kali terjadi seumur hidup saya. Ya, sesuai judul diatas, baru saja saya menolong akhwat yang baru saja terjatuh dari motornya.

Bicara soal akhwat biasanya langsung tertuju kepada sosok yang berhijab panjang, lembut, anggun, dan kadang….. malu-malu dikit kalau pertama kali ketemu. Betul kah begitu? (Buat anda pembaca akhwat, mungkin anda lebih tahu). Buat anda pembaca ikhwan/cowok, cukup tau saja ya ‘posisi’ anda. Arrijaalu qowwaamuuna ‘alan nisaa’

Dan jangan salah tangkap dulu. Jangan beranggapan menolongnya sampai mengangkat tubuh yang jatuh, megang dan sebagainya. Alangkah lebih baik, baca secara urut cerita ini.

Jadi begini ceritanya. Kemarin, saya baru saja selesai makan siang di salah satu daerah di Bulusan, Tembalang. Setelah selesai makan, naik motor, jalan buat kembali ke hunian tempat tinggal saya di Semarang.

Belum jauh dari tempat makan tadi, tiba-tiba ada akhwat, dua orang berboncengan, jatuh saat hendak melewati ‘polisi tidur’. Dan pada saat kejadian saya lewat tepat di depan mereka berdua yang jatuh. Mereka jatuh lantaran mengerem secara mendadak. Mungkin karena reflek. Karena ‘polisi tidur’ jelas kecepatan motor saya waktu itu pelan.

Nah, kalau sudah begini ceritanya, sebagai laki-laki nih, cowok, ikhwan lah, memilih antara melanjutkan perjalanan, atau berhenti & membantu sejenak akhwat tadi? Karena pada saat mereka jatuh, kondisinya lagi sepi, mereka pun sempat kesulitan untuk berdiri dan mengangkat motornya.

Saat kejadian itu langsung terpikir dalam benak saja segala hal tentang pentingnya tolong menolong dan kedudukan wanita dalam Islam. Terpikir saling tolong menolong karena sudah jelas tolong menolong adalah perbuatan terpuji dalam hal muamalah. Terlebih innamal mukminuuna ikhwah, sesama muslim itu bersaudara. 

Dan langsung terpikir pula waktu itu tentang kedudukan wanita dalam Islam. Mulai dari wanita itu sebaik-baik perhiasan dunia dan sebagainya. Pokoknya segala hal seputar keutamaan wanita sampai-sampai dalam Al-Qur’an pun ada yang namanya Surat An-Nisa’ (wanita/perempuan).

Tak berpikir panjang, saya berinisiatif untuk menghentikan motor saya ke pinggir jalan dan langsung menolong akhwat yang jatuh tadi. Tentu, dua hal yang selalu saya pegang saat menolong akhwat tadi adalah saya berusaha “sadar diri” akan siapa diri saya, dan ingat akan agama, pedoman hidup, termasuk hidup dalam muamalah atau hubungan dengan sesama manusia.

Alasan kenapa saya langsung menolong jelas seperti yang sudah dipaparkan diatas tadi tolong menolong adalah perbuatan terpuji. Semua pasti sepakat.

Sedangkan sadar diri dan ingat akan agama, hal itu dimaksudkan agar manusia selalu ingat kedudukannya satu sama lain dan tidak mengkesampingkan aturan agama dalam menjalani rutinitas kehidupan. Terkait kedudukan tadi, dalam hal ini berarti saya dengan akhwat itu siapa siapanya saya. Bukannya mau sok alim, saya rasa jelas donk agama harus selalu dilibatkan. Soalnya udah syahadat. Jadi kalau syahadat Islam-nya jangan sekedar Islam KTP. Harus ada bukti dari syahadat itu (ceramah dikit).

Setttt set settt….! Dengan segala pedoman yang saya ingat tadi, saya langsung menghampiri akhwat itu, Mereka saya tunggu hingga bangun dari jatuh, tapi kesulitan untuk mengangkat motornya karena berat. Sehingga tanpa pikir panjang biarlah saya yang mengangkatkan motor. Mungkin begitu pikiran saya berkata kepada mereka berdua yang terlihat agak-agak gimana gitu lantaran jatuh dari motor.

Saya angkat motornya lalu saya standart-kan, ambil nafas sejenak, daannn……. Selesai. Alhamdulillah. Semua saya lakukan tanpa bersentuhan dengan akhwat. Karena saya sadar diri saya bukan mahrom-nya. Dan saya rasa yang namanya akhwat-nya juga tahu, kenapa saya sempat membiarkan mereka bangun dari jatuhnya dulu, baru kemudian saya tolong dan angkat tapi yang saya angkat adalah motornya. Karena jika akhwat yang diangkat, jelas pasti bersentuhan. Dan statusnya bukan mahrom.

Agak ‘tega’ memang ada sedikit pembiaran tadi. Tapi nggak papa. Latihan menjadi “akhwat sejati”.

Usai kejadian tanpa terencana itu akhirnya mereka berdua para akhwat bisa tersenyum kembali. Lalu salah satu diantara mereka berkata :

“Makasih ya mas….!”

“Iya sama-sama…!” balas saya

Akhwat itu pun kembali sumringah sambil beberapa kali mengecek kondisi motor apakah ada yang lecet atau tidak. Dan saya juga bergegas tidak usah lama-lama, langsung melanjutkan perjalanan pulang usai makan siang saya.

Begitulah ceritanya. Penting nggak penting tafadzol (silahkan) anda sendiri yang menentukan, yang jelas ini adalah pengalaman pertama seumur hidup saya ketika mau tidak mau terpanggil untuk menolong akhwat yang jatuh dari motor. Siapa akhwat itu saya nggak kenal, juga bukan mahrom, dari fakultas mana saya juga tak tahu menahu. Tapi lantaran kala itu sepi, dan tak ada orang yang lebih dekat selain saya, akhirnya semua ini saya lakukan. Untungnya akhwatnya berdua, tidak sendiri. Kalau sendiri, lain lagi ceritanya. Ada pihak ketiga pasti yang ‘nggak kelihatan’.

Karena pengalaman pertama, jelas bagi saya juga ada “feel” yang pertama kali saya rasakan.

Dari pengalaman ini, bagi saya pentingnya sadar diri dan ingat selalu akan agama memang penting ketika kita baru mengalami kejadian yang memang itu jarang ditemui sebelumnya terkait aturan-aturan dalam bermuamalah dengan sesama muslim. Tak terkecuali dengan perbuatan terpuji sekalipun, pastinya ada aturannya sendiri yang harus ditaati jika 2 hal tadi diingat. Termasuk yang saya alami dalam cerita ini.

Karena jika itu dikesampingkan, terlebih terkait agama, ditakutkan akan menjadi celah bagi syaitan untuk menggoda manusia. Meski melalui perbuatan yang notabenya adalah perbuatan terpuji.

Bagus kita tolong menolong. Dan jangan berlebih-lebihan. Ingat…! Sadar diri dan jangan kesampingkan agama. Kita semua, saya juga, masih banyak belajar tentang segalanya di kehidupan ini.

Sebagai penutup, saya harap tidak ada lagi akhwat yang jatuh dari motor. Karena jika wanita adalah sebaik-baik perhiasan dunia, maka jika diibaratkan perhiasan itu adalah sebuah permata/berlian, ketika jatuh, sungguh alangkah sayang permata/berlian itu jika lecet atau tergores. #ehm (Kurniawan, A, 2014)

Sekian cerita saya. Semoga bermanfaat.... :)

[gambar ilustrasi by myquran.or.id]


-AK21/@AjiiKurniawan-

2 comments: