SyukuriIah, Karena Ilmu Itu Tak Ternilai Harganya
Ada kalanya jika kita melewati suatu moment yang dikerjakan
saat dewasa, tak jarang dengan melakukan hal tersebut kita kembali
teringat pada masa lalu, kejadian tatkala kita masih kecil, saat masih berumur belia dan masih belajar untuk menuju kedewasaan.
Itu yang saya alami
tatkala mengajarkan adek-adek perempuan kecil disela-sela Kuliah Kerja Nyata
(KKN) saya beserta teman-teman yang lainnya. Kebetulan, saya dan teman-teman se-tim
dapat tempat di Desa Donorejo, Kec. Limpung, Kab. Batang, Jawa Tengah.
Bertempat di posko
KKN Kami, adek-adek kecil yang masih duduk di bangku SD itu meminta kepada kami
untuk membantu mereka mengerjakan tugas mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan
Islam) dari gurunya.
Kebetulan karena
diantara teman-teman KKN saya dianggap yang bisa membantu dalam bidang
tersebut, ya dengan senang hati saya lakukan dengan bantuan teman yang lain.
Disaat saya mengajar
itu, kembali teringat seperti apa keadaan kami tatkala masih kecil. Seperti apa
perjuangan ibu, guru dan semua yang mengajar bahwa untuk menyalurkan dan
memahamkan ilmu kepada anak-anak yang pemikirannya masih kanak-kanak memang
perlu adanya kesabaran supaya anak tersebut bisa menerima ilmu yang diajarkan.
Maka tak heran, dalam
sebuah cerita sahabat Rasul saw bahwa Umar bin Khattab pernah berkata bahwa setiap
huruf yang diajarkan guru kepada kita sehingga menjadi tahu akan huruf tersebut
harganya sudah tak ternilai
Bagi saya, ini bukan pengalaman
yang pertama. Pernah pada masa-masa SMA Kami mengabdi ke masyarakat, termasuk
kegiatan mengajar anak SD. Dan setiap kali mengajar, tentu kembali teringat
akan perjuangan ortu, guru untuk membantu mencerdaskan kita.
Jadi, sudah sepatutnya
kita berterimakasih kepada orang tua dan guru. Syukuri, sayangi, dan jangan
buat mereka kecewa.
0 comments: